Saya tidak akan menjelaskan siapa mereka disini, anda
bisa mencari di Google dengan kata kunci SNSD atau Girls’ Generation dan anda
akan tahu tentang mereka, atau bahkan anda sendiri mungkin lebih tahu tentang
mereka dibandingkan saya. Katakanlah saya adalah seorang fans labil yang
terbawa arus demam Korea yang sedang marak di tanah air, mungkin iya, saya
pernah dan mungkin masih seorang fans labil. Saya terbawa arus, benar, dua
tahun yang lalu saya mengenal mereka dari video yang secara tidak sengaja terbawa
dalam flash disk saya dan akhirnya jatuh karena simpati melihat begitu
banyaknya orang memandang mereka sebelah mata.
Tidak bisa
dipungkiri, saya pada awalnya pun hanya memandang mereka sebelah mata. Sebagai
sekumpulan gadis yang memakai baju minim dan berlenggak-lenggok di panggung,
memamerkan tubuh seksi mereka. Saya membaca dari banyak artikel di internet
yang isinya menjelek-jelekkan mereka, mengatakan mereka hanya sekumpulan gadis
tidak punya sopan santun yang mendapatkan wajah cantik dan tubuh seksi dari
operasi plastik. Saya memang bukan tipe orang yang mudah percaya, tapi bukan
berarti juga saya sepenuhnya tidak percaya. Saya hanya berpikiran, kalaupun
memang mereka cantik dan bertubuh indah hasil dari operasi plastik apa peduli
saya, toh itu hak mereka dan mereka bekerja di depan layar, saya rasa itu wajar
saja jika mereka ingin tampil cantik. Tapi kenapa banyak orang mempermasalahkan
hal ini, sedangkan banyak selebritis di Korea selain mereka juga melakukan hal
yang sama? Ini membuat saya semakin ingin tahu tentang mereka.
Ketika banyak orang
mengatakan bahwa mereka tidak punya sopan santun dan rasis, karena beberapa hal
yang mereka katakan di publik. Seperti ketika Tiffany mengoreksi perkataan
seorang senior di salah satu acara TV, atau ketika Taeyeon berkata bahwa
Rihanna adalah penyanyi berkulit hitam yang cantik. Tidak bisa dipungkiri
mereka juga manusia, menjadi idola bukan berarti mereka adalah makhluk yang
sempurna, mereka bukan Tuhan. Tapi suatu ketika pada saat saya menonton salah
satu acara radio talk show mereka, salah satu staff yang pernah bekerja dengan
mereka di belakang layar bercerita lewat telepon,
“Pada saat awal
karir mereka, kami membuat mereka (SNSD) makan sambil duduk diatas meja
sedangkan kami para staff hanya duduk di lantai. Dan salah satu member menangis
melihat para staff makan sambil duduk di lantai. Mereka harus pergi rekaman
setelah itu tapi dia menangis. Lalu aku bertanya padanya kenapa dia menangis
dan dia bilang karena dia merasa bersalah melihat kami para staff makan sambil
duduk di lantai, aku sangat tersentuh. Dan dia adalah Taeyeon.”
Itu pertama kalinya
saya mendengar seorang artis yang begitu memikirkan para staff-nya. Sebenarnya
saya tidak akan merasa heran kalaupun saya mendengar ada artis bertindak
arogan, apalagi mereka bukanlah artis biasa, mereka idola yang di elu-elukan
disana.
Dan ketika Yoona
menjawab sebuah pesan dari fans yang dikirimkan lewat UFO, sebuah layanan
khusus yang menyediakan komunikasi dua arah dari fans kepada idolanya dan
sebaliknya.
Fans: 22 Mei! Apakah kau siap bermain dengan SONE di
antara lautan balon pink? Percayalah kepada SONE!
Yoona : Kali ini jangan bertengkar, ini adalah konser
yang dinikmati oleh semua team.
22 Mei 2010 adalah
tanggal dimana Dream Concert 2010 digelar, sebuah pagelaran musik terbesar di
Korea Selatan. Semua artis akan berkumpul memeriahkan acara, dan tentu saja
fans akan datang untung menonton idolanya. Tapi setiap tahun selalu ada
keributan antar fans. SONE (baca: sowon), sebutan bagi fans SNSD, dan fans
lainnya seperti tidak akan pernah tenang menikmati konser tersebut. Selalu ada
oknum yang merusak suasana, selalu ada oknum yang menyulut perkelahian antar
fans, dan perkelahian antar fans selalu berujung membawa nama buruk untuk
idolanya, meskipun para idola seolah tidak terlalu ambil pusing melihat
fanwar-fanwar yang selalu terjadi tiap tahun ini. Dan untuk pertama kalinya
saya membaca pesan seorang idola kepada fansnya, yang mengingatkan untuk tidak
bertengkar dan membuat keributan pada saat konser berlangsung. Seolah dia tidak
tahu kalau banyak orang menjelek-jelekkannya dan itulah sebab kenapa fans-nya
marah dan menyerang balik fans dari grup lain yang mengatai-ngatainya.
Para gadis ini tidak
pernah menangis di depan fans karena mereka ingin dikasihani. Mereka pernah
menangis ketika mereka bercerita tentang ibu mereka, ketika mereka merasa
bersalah karena menyakiti anggota mereka, ketika mereka sakit dan tidak bisa
tampil membuat mereka merasa bersalah karena mereka telah mengecewakan fans
mereka, dan ketika mereka terharu saat fans mereka memberi kejutan-kejutan di
saat konser. Tapi tidak pernah sekali pun saya melihat mereka menangis karena
mereka kecewa, atau ketika publik memperlakukan mereka dengan buruk. Mereka
sembilan orang perempuan, tapi mereka mempunyai sense of responsibility yang
besar. Mereka bekerja di bidangnya, dengan banyaknya cercaan-cercaan yang
mereka terima, namun tidak pernah sekalipun mereka komplain. Mereka membuktikan
kalau mereka bisa berhasil dengan kerja keras dan percaya pada satu sama lain.
Dalam sebuah grup,
apalagi yang berskala besar seperti mereka, pasti ada satu-dua member yang bisa
dikatakan underrated, disini saya akan mengambil contoh Hyoyeon. Dia adalah
dancer utama di SNSD, tapi dia sangat jarang mendapat sorotan. Dia selalu
ditempatkan di ujung dalam foto grup, dia mendapat porsi paling sedikit di
lagu-lagu yang mereka nyanyikan, screen-time yang minim di setiap music video,
atau bahkan paling sedikit gambar dalam sebuah pictorial. Tapi hebatnya dia
tidak pernah sekalipun protes tentang hal itu, atau paling tidak memperlihatkan
kekecewaannya di publik. Saya katakan dia hebat karena saya pernah sebelumnya
melihat salah satu artis idola dari grup lain yang juga senasib dengan Hyoyeon,
tapi dia berulang kali mengungkapkan kekecewaannya di acara-acara TV. Dan saya
kembali belajar bahwa apapun yang saya lakukan saya harus melakukannya dengan
total, optimis dan ikhlas, maka dengan begitu saya pun tidak akan menyesal pada
apapun hasilnya nanti.
Dan saya juga
belajar dari seorang Tiffany yang sering dicerca pada awal debutnya. Dia adalah
seorang gadis Korean-American yang pada usia 15 tahun nekat pergi ke Korea
Selatan untuk menjadi seorang trainee meskipun keinginannya sempat ditentang
keras oleh ayahnya. Menjadi seorang trainee bukan berarti nantinya dipastikan
dia akan debut dan menjadi artis, dan menjadi artis pun belum tentu dia akan
sukses. Tapi dengan kenekatannya, dan pasti dengan kerja kerasnya, dia berhasil
membuktikan pada semua orang bahwa apapun bisa terjadi. Tiffany pergi ke Korea
sendirian, dan disana dia menghadapi tantangan seperti perbedaan budaya, tata
krama dan bahasa. Begitu banyak orang memojokkan dia di awal debutnya sebagai
penyanyi, karena dia ‘berbeda’. Dan dia tidak pernah mengeluh atau membela
diri. She took the judgement as
her motivation to improve. Dia tumbuh besar bersama cercaan-cercaan
itu. Karena semakin orang mencerca, dia akan semakin mencari dimana
kekurangannya dan disitulah dia akan mencoba untuk memperbaikinya.
“In life we’re
tested by major changes, delayed promises, impossible problems, unanswered
prayers, undeserved criticm, and even senseles tragedies. He (God) tests faith
through problems, hope by how we handle possessions, and love through people”
- SNSD Tiffany, Thanks To Section of ‘Oh!’ the 2nd
Album
Seorang Sooyoung
yang baru-baru ini terkena musibah kecelakaan ketika dalam perjalanan amal, dia
membuat video sendiri yang ditujukan kepada fans-nya, berisi ucapan terimakasih
dan permohonan maaf karena dia tidak bisa tampil bersama teman-temannya di
beberapa kesempatan, juga tulisan dalam berbagai macam bahasa yang isinya “AKU
BAIK-BAIK SAJA”. Dan Sunny, Jessica, Yuri, juga Seohyun, mereka seperti tidak
pernah berhenti membuat saya kagum. Mereka hebat secara individual, dan ketika
sembilan individu ini bersama saya melihat mereka menjadi semakin kuat. Semakin
hebat karena mereka tidak pernah lupa berterimakasih pada orang-orang yang
berjasa kepada mereka, tindakan kecil seperti membuat video yang dilakukan
Sooyoung membuat para fans merasa dihargai.
Selama menjadi fans
mereka, saya benar-benar melihat mereka berkembang. Secara mental, secara
emosional, dan secara fisik. Mereka bukan lagi gadis yang bisa bernyanyi dan
menari dengan membawa lollipop seperti yang mereka lakukan tiga tahun yang
lalu. Melihat mereka berdandan dan berpakaian seksi diatas panggung bukan hal
yang wah lagi. Orang akan melihat itu sebagai sesuatu yang tabu, atau bahkan
“menjijikkan”. Tapi saya tahu mereka melakukan itu karena itu pekerjaan mereka,
mereka hanya memakai pakaian itu diatas panggung, di luar panggung mereka
adalah gadis-gadis dengan kepribadian yang luar biasa.
Dari mereka saya belajar
bagaimana menjadi orang yang bisa menerima apa yang Tuhan berikan kepada saya,
saya belajar untuk menikmati apa yang saya lakukan, saya belajar untuk menjadi
orang yang tidak mudah komplain dan menyerah pada keadaan, saya belajar untuk
optimis, saya belajar bahwa semuanya tidak bisa kita peroleh secara instan.
Filosofi roda berputar benar-benar saya lihat dari SNSD. Mereka meniti karir
dari bawah, secara perlahan berputar keatas, dan setelah mereka melewati puncak
karir mereka, pasti suatu saat mereka akan kembali jatuh kebawah, tapi saya
yakin mereka akan jatuh dengan indah mengingat kerja keras yang sudah mereka
lakukan selama ini. Saya tidak pernah menjadi fans dari suatu grup atau publik
figur lebih lagi satu tahun, tapi saya sudah dua tahun menjadi fans dari SNSD.
Ketika orang bertanya, kenapa saya, seorang cewek, malah menjadi fans SNSD?
Kenapa bukan fans dari boyband yang notabene ganteng-ganteng itu? SNSD, mereka
cantik, fisik mereka sempurna, tapi itu hanya nilai plus dari mereka. Saya
bukan lagi melihat mereka sebagai artis yang saya elu-elukan dan saya cintai
karena fisik dan talenta mereka, tapi saya melihat mereka sebagai gadis-gadis
yang luar biasa, yang bisa saya tiru semangatnya dan bisa memberi contoh
positif kepada saya. Saya bangga saya mengenal mereka bukan hanya sebagai sosok
idola, tetapi sebagai individu-individu yang hebat.
Menjadi fans tidak
harus latah dan harus meniru idola kita 100%, kita bisa mengambil apa yang
positif dari mereka dan meninggalkan apa yang menurut kita kurang pantas untuk
ditiru.
No comments:
Post a Comment